2025-05-24 | admin3

Lagu “Kemarin” dari Seventeen: Penggalan Duka untuk Sang Kekasih yang Telah Tiada

Lagu “Kemarin” yang dibawakan oleh grup band Seventeen menjadi salah satu karya paling menyentuh dalam industri musik Indonesia. Dirilis pada tahun 2016, lagu ini bercerita tentang kehilangan seseorang yang sangat dicintai—dalam hal ini, seorang kekasih yang telah pergi untuk selamanya. Lagu ini tidak hanya menjadi favorit banyak orang karena liriknya yang mendalam, tetapi juga karena kisah tragis yang mengikutinya di kehidupan nyata.

Secara musikal, “Kemarin” memiliki aransemen iam-love.co yang sederhana namun penuh emosi. Petikan gitar akustik yang lembut dan vokal yang mendayu membuat lagu ini menyentuh hati para pendengar sejak nada pertama. Liriknya berbicara tentang penyesalan, kenangan, dan kerinduan yang tak terucapkan setelah ditinggal pergi oleh orang yang sangat berarti. Bait “Kemarin engkau masih ada di sini, bersamaku menikmati rasa ini” menjadi gambaran nyata betapa kehilangan bisa datang begitu tiba-tiba dan menghancurkan.

Meskipun saat perilisan lagu ini belum dikaitkan dengan peristiwa nyata, lagu “Kemarin” menjadi sangat emosional dan penuh makna setelah musibah tsunami Banten tahun 2018. Dalam peristiwa tragis tersebut, sebagian besar personel Seventeen dan kru band meninggal dunia, termasuk istri sang vokalis Ifan Seventeen, Dylan Sahara. Tragedi ini terjadi saat Seventeen sedang tampil di sebuah acara perusahaan di tepi pantai. Gelombang tsunami datang begitu cepat dan menghancurkan segalanya dalam hitungan detik.

Sejak saat itu, lagu “Kemarin” seolah menjadi lambang duka yang tak tertanggungkan bagi Ifan dan seluruh keluarga yang ditinggalkan. Banyak penggemar dan masyarakat luas yang kemudian mengaitkan lagu ini dengan momen kehilangan yang dialami Ifan secara pribadi. Tak sedikit pula yang menjadikan lagu ini sebagai ungkapan duka mereka sendiri terhadap orang-orang tercinta yang telah pergi mendahului.

Ifan Seventeen sendiri mengaku bahwa lagu “Kemarin” menjadi semakin sulit untuk dibawakan setelah musibah tersebut. Dalam beberapa kesempatan konser atau wawancara, ia tak kuasa menahan tangis saat menyanyikan lagu ini, seolah setiap liriknya mencerminkan rasa kehilangan mendalam terhadap sang istri. Lagu ini pun menjadi bentuk penghormatan, bukan hanya untuk Dylan Sahara, tetapi juga untuk para korban tsunami lainnya.

Lagu “Kemarin” kini memiliki dua sisi yang tak terpisahkan: sebagai karya seni tentang kehilangan yang universal, dan sebagai monumen musik atas tragedi yang nyata dan memilukan. Ia menjadi pengingat bahwa di balik sebuah lagu, tersimpan kisah hidup, cinta, dan air mata.

“Ketika sebuah lagu menjadi cermin dari kenyataan, maka ia tak lagi hanya sekadar musik. Ia menjadi doa, kenangan, dan pengikat antara yang hidup dan yang telah tiada.”

BACA JUGA: Hari Musik Nasional 2025, Kemenbud Luncurkan Piringan Hitam “Indonesia Raya” dengan Delapan Aransemen

Share: Facebook Twitter Linkedin